VI. Geografi Dalam Kehidupan Manusia
Latar Belakang
Geografi adalah ilmu tentang lokasi
serta persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan
manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari bahasa yunani yaitu
gĂȘ ("Bumi") dan graphein ("menulis", atau "menjelaskan").
Geografi sebagai bidang ilmu
pengetahuan, selalu melihat keseluruhan gejala dalam ruang dengan memperhatikan
secara mendalam tiap aspek yang menjadi komponen tiap aspek tadi. Geografi
sebagai satu kesatuan studi (unified geography), melihat satu kesatuan komponen
alamiah dengan komponen insaniah pada ruang tertentu di permukaan bumi, dengan
mengkaji faktor alam dan faktor manusia yang membentuk integrasi keruangan di
wilayah yang bersangkutan. Gejala—interaksi—integrasi keruangan, menjadi
hakekat kerangka kerja utama pada Geografi dan Studi Geografi (Sumaatmadja).
·
Penyebaran Makhluk
Hidup
Biogeografi adalah ilmu yang
mempelajari tentang penyebaran organisme di muka bumi. Organisme yang
dipelajari mencakup organisme yang masih hidup dan organisme yang sudah punah. Dalam
biogeografi dipelajari bahwa penyebaran organisme dari suatu tempat ke tempat
lainnya melintasi berbagai faktor penghalang. Faktor-faktor penghalang ini
menjadi pengendali penyebaran organisme. Faktor penghalang yang utama adalah
iklim dan topografi. Selain itu, faktor penghalang reproduksi dan endemisme menjadi
pengendali penyebaran organisme. Studi tentang penyebarn spesies menunjukkan,
spesies-spesies berasal dari suatu
tempat, namun selanjutnya menyebar ke berbagai daerah. Organisme tersebut
kemudian mengadakan diferensiasi menjadi subspesies baru dan spesies yang cocok
terhadap daerah yang ditempatinya.
Akibat dari hal tersebut di atas maka di permukaan bumi
ini terbentuk kelompok-kelompok hewan dan tumbuhan yang menempati daerah yang
berbeda-beda. Luas daerah yang dapat ditempati tumbuhan maupun hewan, berkaitan
dengan kesempatan dankemampuan mengadakan penyebaran. Biogeografi mempelajari
penyebaran hewan maupun tumbuhan di permukaan bumi. Ilmu yang mempelajari
peyebaran hewan di permukaan bumi disebut zoogeografi. Penyebaran hewan
berdasarkan luas cakupannya dapat dibedakan menjadi cakupan geografis, cakupan
geologis, dan cakupan ekologis. Cakupan geografis yaitu daerah penyebarannya
meliputi daratan dan sistem perairan. Cakupan geologis, yaitu keadaan daratan
dan lautan di masa lampau. Cakupan ekologis adalah daerah penyebarannya dengan
kondisi lingkungan yang sesuai.
Persebaran organisme di bumi
dipengaruhi oleh beberapa Faktor sebagai berikut:
1) Lingkungan
Dua faktor lingkungan utama yang berpengaruh terhadap
persebaran makhluk hidup adalah faktor fisik (abiotik) adalah iklim (suhu,
kelembaban udara, angin), air, tanah, dan ketinggian permukaan bumi, dan yang
termasuk faktor non fisik (biotik) adalah manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.
a) Faktor Abiotik
·
Iklim
Faktor iklim termasuk di dalamnya
keadaan suhu, kelembaban udara dan angin sangat besar pengaruhnya terhadap
kehidupan setiap makhluk di dunia. Faktor suhu udara berpengaruh terhadap
berlangsungnya proses pertumbuhan fisik tumbuhan. Sinar matahari sangat diperlukan
bagi tumbuhan hijau untuk proses fotosintesa. Kelembaban udara berpengaruh pula
terhadap pertumbuhan fisik tumbuhan. Sedangkan angin berguna untuk proses
penyerbukan. iklim yang berbeda-beda pada suatu wilayah menyebabkan jenis
tumbuhan maupun hewannya juga berbeda.
Contohnya : Tanaman di daerah tropis, banyak jenisnya,
subur dan selalu hijau sepanjang tahun karena bermodalkan curah hujan yang
tinggi dan cukup sinar matahari. berbeda dengan tanaman yang berada di daerah
tundra.
·
Keadaan tanah
Perbedaaan jenis tanah, seperti pasir, aluvial, dan kapur
serta jumlah zat mineral yang terkandung dalam humus mempengaruhi jenis tanaman
yang tumbuh. Keadaan tekstur tanah berpengaruh pada daya serap tanah terhadap
air. Suhu tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan akar serta kondisi air di
dalam tanah. Di daerah tropis akan hidup berbagai jenis tumbuhan, sedangkan di
daerah gurun atau bersalju hanya akan hidup tumbuhan tertentu. Tumbuhan kaktus
salah satu tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan kondisi iklim dan keadaan
tanah di gurun pasir. Perbedaan jenis tanah menyebabkan perbedaan jenis dan
keanekaragaman tumbuhan yang dapat hidup di suatu wilayah.
Contohnya: di Nusa Tenggara jenis hutannya adalah Sabana
karena tanahnya yang kurang subur.
·
Air
Air mempunyai peranan yang penting bagi pertumbuhan
tumbuhan karena dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi
tumbuhan dari dalam tanah. Adanya air tergantung dari curah hujan dan curah
hujan sangat tergantung dari iklim di daerah yang bersangkutan. Keadaan tekstur
tanah berpengaruh pada daya serap tanah terhadap air. Suhu tanah berpengaruh
terhadap pertumbuhan akar serta kondisi air di dalam tanah. Jenis flora di
suatu wilayah sangat berpengaruh pada banyaknya curah hujan di wilayah
tersebut. Flora di daerah yang kurang curah hujannya keanekaragaman tumbuhannya
kurang dibandingkan dengan flora di daerah yang banyak curah hujannya.
Contohnya: di daerah gurun, hanya sedikit tumbuhan yang
dapat hidup, contohnya adalah pohon Kaktus dan tanaman semak berdaun keras. Di
daerah tropis banyak hutan lebat, pohonnya tinggi-tingi dan daunnya selalu
hijau.
·
Tinggi Rendah Permukaan Bumi
Permukaan bumi terdiri dari berbagai macam relief, seperti
pegunungan, dataran rendah, perbukitan dan daerah pantai. Perbedaan tinggi-rendah
permukaan bumi mengakibatkan variasi suhu udara. Variasi suhu udara
mempengaruhi keanekaragaman tumbuhan. Hutan yang terdapat di daerah pegunungan
banyak dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Faktor ketinggian permukaan bumi
umumnya dilihat dari ketinggiannya dari permukaan laut . Semakin tinggi suatu
daerah semakin dingin suhu di daerah tersebut. Demikian juga sebaliknya bila
lebih rendah berarti suhu udara di daerah tersebut lebih panas. Oleh sebab itu
ketinggian permukaan bumi besar pengaruhnya terhadap jenis dan persebaran
tumbuhan. Daerah yang suhu udaranya lembab, basah di daerah tropis, tanamannya
lebih subur dari pada daerah yang suhunya panas dan kering.
b) Faktor Biotik (Makhluk Hidup)
Makhluk hidup seperti manusia, hewan
dan tumbuhan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam persebaran tumbuhan.
Terutama manusia dengan ilmu dan teknologi yang dimilikinya dapat melakukan
persebaran tumbuhan dengan cepat dan mudah. Hutan kota merupakan jenis hutan
yang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor biotik, terutama manusia. Manusia
juga mampu mempengaruhi kehidupan fauna di suatu tempat dengan melakukan
perlindungan atau perburuan binatang. Hal ini menunjukan bahwa faktor manusia
berpengaruh terhadap kehidupan flora dan fauna di dunia ini. Contohnya: daerah
hutan diubah menjadi daerah pertanian, perkebunan atau perumahan dengan
melakukan penebangan, reboisasi,atau pemupukan.
Selain itu faktor hewan juga memiliki
peranan terhadap penyebaran tumbuhan flora. Peranan faktor tumbuh-tumbuhan
adalah untuk menyuburkan tanah. Tanah yang subur memungkinkan terjadi
perkembangan kehidupan tumbuh-tumbuhan dan juga mempengaruhi kehidupan
faunanya. hewan juga memiliki peranan terhadap penyebaran tumbuhan flora.
contohnya: serangga dalam proses penyerbukan, kelelawar, burung, tupai membantu
dalam penyebaran biji tumbuhan. Peranan faktor tumbuh-tumbuhan adalah untuk
menyuburkan tanah. Tanah yang subur memungkinkan terjadi perkembangan kehidupan
tumbuh-tumbuhan dan juga mempengaruhi kehidupan faunanya.
2) Sejarah geologi
Kira-kira 200 juta tahun yang lalu, yaitu pada periode
jurasik awal, benua-benua utama bersatu dalam superbenua (supercontinent) yang
disebutPangaea. Hipotesis ini disampaikan seorang ilmuwan Jerman. Alfred
Weneger pada tahun 1915. hipotesis ini disampaikan lewat bukunya yang berjudul
Asal-usul Benua-benua dan Lautan.
Pada awal tahun 1960-an, bukti-bukti
mengenai pergerakan/pergeseran benua (continental drift) berhasil ditemukan.
Benua-benua yang tergabung dalam Pangea mulai memisah secara bertahap.
Terbukanya laut Atlantik Selatan dimulai kira-kira 125-130 juta tahun lalu,
sehingga Afrika dan Amerika Selatan
bersatu secara langsung. Namun, Amerika Selatan juga telah bergerak perlahan ke
Amerika Barat dan keduanya dihubungkan tanah genting Panama. Ini terjadi
kira-kira 3,6 juta tahun yang lalu. Saat “jembatan” Panama terbentuk secara
sempurna, beberapa hewan dan tumbuhan dari Amerika Selatan termasuk Oposum dan
Armadillo bermigrasi ke Amerika Barat.
Pada saat yang bersamaan beberapa hewn dan tumbuhan dari Amerika Barat
seperti oak, hewan rusa, dan beruang bermigrasi ke Amerika Selatan. Jadi
perubahan posisi baik dalam skala besar maupun kecil berpengaruh besar dalam
pola distribusi organisme, seperti yang kita saksikan saat ini. Contoh lain adalah
burung-burung yang tidak dapat terbang, misalnya ostriks, rhea, emu, kasuari
dan kiwi terlihat memiliki divergensi percabangan sangat awal dalam perjalanan
evolusi dari semua kelompok burung lainnya. Akibatnya terjadilah subspesies
tadi.
Australia adalah contoh yang sesuai
untuk mengetahui bagaimana gerakan benua-benua memengaruhi sifat dan distribusi
organisme. Sampai kira-kira 53 juta tahun lalu, Australia dihubungkan dengan
Antartika. Hewan khas Australi, yaitu mamalia berkantung (marsupialia), yang ada
pula meski sedikit di Amerika Selatan, secara nyata terlihat sudah bergerak di
antara kedua benua ini lewat Antartika.
3) Penghambat Fisik
Faktor penghambat fisik disebut juga
penghalang geografi atau barrier (isolasi geografi) seperti daratan (land
barrier), perairan (water barrier), dan penggentingan daratan (isthmus).
Contohnya adalah: gunung yang tinggi, padang pasir, sungai atau lautan
membatasi penyebaran dan kompetisi dari suatu spesies. Contoh kasusnya adalah
terjadinya subspesies burung finch di kepulauan Galapagos akibat isolasi
geografis. Di kepulauan tersebut, Charles Darwin menemukan 14 spesies burung
finch yang diduga berasal dari satu jenis burung finch dari Amerika Selatan.
Perbedaan burung finch tersebut akibat keadaan lingkungan yang berbeda.
Perbedaannya terletak pada ukuran dan bentuk paruhnya. Perbedaan ini ada
hubungannya dengan jenis makanan.
Kita mengetahui bahwa makhluk hidup
itu berkembangbiak, misalnya bagi makhluk yang hidup di daratan, air merupakan
hambatan (water barrier) sedangkan sebaliknya bagi makhluk air, daratan
merupakan hambatan (land barrier).
Daratan yang sempit juga dapat
menjadi hambatan, misalnya Costarica di Amerika Tengah merupakan hambatan
berupa filter atau saringan Persebaran makhluk daratan Amerika Utara dan
Amerika Selatan. Selat Panama merupakan filter makhluk hidup di Samudra
Atlantik dan Pasifik. Sebaliknya, kepulauan dapat menjadi jembatan penyebrangan antara Eurasia dan
Australia. Penyebaran hewan dari protozoa sampai mamalia sebagian terjadi secara
dinamis. Penyebaran secara dinamis artinya hewan melakukan penyebaran oleh
dirinya sendiri. Faktor luar yang mempengaruhi penyebaran hewan maupun tumbuhan
dan biasanya menghambat dinamakan“barier” atau “sawar”. Sawar ini dapat
dibedakan menjadi sawar fisik, sawar iklim, dan sawar biologis.
Sawar fisik air menjadi penghambat
penyebaran hewan darat dan sebaliknya sawar fisik darat menjadi penghambat
penyebaran hewan air. Misalnya katak tidak apat hidup pada air asin. Jadi
salinitas merupakan penghambat bagi penyebaran hewan katak. Adapun luas benua
menjadi hambatan bagi penyebaran hewan air. Sawar iklim seperti temperatur
rata-rata, musim, kelembapan, kuat lemahnya penyinaran serta lamanya peyinaran
sinar matahari. Sedangkan sawar biologis adalah tidak adanya makanan, adanya
predator, competitor, pesaing atau adanya penyakit. Penyebaran suatu jenis
serangga dibatasi penyebarannya oleh jenis tanaman sebagai makanan, tempat
berlindung, dan tempat untuk reproduksi. Pada kenyataannya, ketiga jenis sawar
tersebut bekerja secara terpadu untuk mempengaruhi atau menghambat penyebaran
suatu biota. Hal lain yang dapat menghambat penyebaran biota adalah rendahnya
toleransi terhadap kondisi faktor lingkungan yang maksimum atau minimum. Hukum
toleransi minimum Liebig yang menyatakan bahwa ketahanan makhluk hidup
disebabkan oleh adanya faktor esensil tetapi berada dalam kondisi yang minimum
dan individu tersebut memiliki daya toleransi yang rendah untuk dapat
beradaptasi. Bintang laut hidup pada berbagai kadar garam tetapi bintang laut
hanya dapat berkembangbiak pada air yang kadar garamnya sangat rendah.
Tiga faktor inilah yang menentukan adanya variabilitas
biogeografi, namun tentunya ada faktor
lain yang menentukan variabilitas yaitu variasi genetic hasil perkawinan
dan mutasi genetic.
·
Pembagian
Wilayah Berdasarkan Iklim
1. Daerah Tropik
Beriklim panas, matahari bersinar sepanjang tahun,
perubahan suhu antara Januari hingga Desember sangatlah sedikit, curah hujan
sangat tinggi. Terdapat ribuan spesies tumbuhan yang dapat membenntuk suatu
hutan tropik dengan ciri-ciri sebagai berikut :
- Pohon-pohonnya besar dan tinggi,
dapat mencapai 20-40 m
- Cabang pohon panjang dan banyak,
membentuk naungan pohon yang luas
- Di dalam naungan pohon hidup
tumbuhan yang menempel (epifit) yang melakukan adaptasi dengan lingkungan
kering karena hidup dari air dan curah hujan yang dikandung cabang atau
dahan tempat menempel
- Tanah dibawah naungan hampir
tidak pernah mendapatkan sinar matahari. Hal ini menyebabkan tanaman
merambat, menjalar ke atas. Misalnya rotan
- Di lapisan terbawah, hidup lumut
dan rumput sebagai makanan hewan kecil.
Didalam hutan tropis yang lebat, terdapat beraneka
ragam binatang, mulai dari bakteri pembusuk dalam tanah, burung, kera,
sampai harimau dan binatang besar lainnya. Tumbuhan di daerah ini memiliki
ciri, yaitu berukuran kecil, tumbuh ketika hujan turun, berbunga dan berbiji
dalam ukuran kecil dan tahan lama, tumbuh pada musim penghujan tahun
berikutnya.
Di pedalaman daerah tropik lain terdapat beberapa gurun
pasir yang kondisinya jauh berbeda dengan lingkungan hutan tropik. Ciri
lingkungan abiotiknya : suhu udara pada siang hari sangat tinggi, sekitar
50oC sedangkan pada malam hari dapat mencapai 0oC.
Kelembapan udara sangat rendah, penguapan air sangat tinggi, yang berakibat
pada tanahnya yang tandus. Dengan kondisi bioma seperti ini maka hanya sedikit
jumlah spesies tanaman yang mampu tumbuh.
2. Daerah Sub-Tropik
Disebut iklim sedang. Terdapat 4 musim : musim panas,
musim gugur, musim dingin dan musim semi. Curah hujannya sepanjang
tahun, sekitar 75-100cm/tahun. Karena curah hujan yang sedikit, menyebabkan
tumbuhnya bermacam-macam rumput. Tanahnya banyak mengandung humus, karena daun
dan rumput cepat mati dan membusuk ketika musim gugur.
Ciri Biomanya : Hutannya merupakan hutan luruh,
Gugurnya daun merupakan persiapan datangnya musim dingin dan bersemi kembali
setelah musim dingin selesai. Pada musim dingin terdapat salju, jumlah tumbuhan
jauh lebih sedikit, dan jarak antar pohon tidak rapat dan tidak ada perdu di
bawahnya.
3. Daerah Kutub
Di daerah ini jika pada musim panas, matahari bersinar
lebih dari 12 jam sehari. Tapi pada musim dingin, matahari kurang dari 12 jam
sehari. Bioma yang khas di daerah beriklim dingin adalah
hutan taiga yang pohonnya terdisi dari satu spesies (homogen). Pohon
khasnya adalah konifer, dan hewan yang hidup disekitar hutan taiga seperti
moose, beruang hitam, dan marten.
Di belahan utara, terdapat tundra. Daerah ini mendapat
sedikit energi radiasi matahari. perbedaan siang dan malam pada musim panas dan
dingin sangatlah besar. Rumput tumbuh menutupi tanah, tumbuhan berbiji tumbuh
kerdil. Binatang khas daerah ini adalah rendeer, beruang putih, musk
axen.
·
Pembagian
Wilayah Untuk Penyebaran Binatang
Persebaran hewan di muka bumi ini
didasarkan oleh faktor fisiografik, klimatik dan biotik yang berbeda antara
wilayah yang satu dengan lainnya, sehingga menyebabkan perbedaan jenis hewan di
suatu wilayah. Ilmu yang mempelajari persebaran fauna di muka bumi ini disebut
Zoogeografi. Seperti diketahui setiap spesies hewan mempunyai kemampuan yang
berbeda dalam mengatasi hambatan-hambatan. Jika tidak ada hambatan-hambatan,
maka persebaran hewan akan berjalan terus. Misalnya hewan yang biasa hidup di
pegunungan akan sulit hidup di dataran rendah atau hewan yang biasa hidup di
daerah panas akan sulit hidup di daerah yang beriklim dingin atau kurang curah
hujannya.
Di samping itu, faktor sejarah geologi juga mempengaruhi
persebaran hewan di wilayah tertentu karena wilayah tersebut pernah menjadi
satu. Namun hewan berbeda dengan tumbuhan yang bersifat pasif, bila habitatnya
dirasakan sudah tidak cocok seringkali mereka secara massal mengadakan migrasi
ke tempat lainnya. Oleh karena itu, pola persebaran fauna tidak setegas
persebaran flora. Adakalanya hewan khas di suatu wilayah juga terdapat di
wilayah lainnya.
Pada tahun 1876 Alfred Russel Wallace membagi wilayah
persebaran fauna atas delapan wilayah yaitu Ethiopian, Palearktik, Oriental,
Australian, Neotropikal dan Neartik, Oceanik dan Antartik. Kedelapan wilayah
persebaran fauna tersebut adalah sebagai berikut.
1. Wilayah Ethiopian
Wilayah persebarannya meliputi benua Afrika, dari sebelah
Selatan Gurun Sahara, Madagaskar dan Selatan Saudi Arabia. Hewan yang khas
daerah ini adalah gajah Afrika, badak Afrika, gorila, baboon, simpanse,
jerapah. Mamalia padang rumput seperti zebra, antilop, kijang, singa, jerapah,
harimau, dan mamalia pemakan serangga yaitu trenggiling. Mamalia endemik di
wilayah ini adalah kuda Nil yang hanya terdapat di sungai Nil, Mesir. Namun di
Madagaskar juga terdapat kuda Nil namun lebih kecil. Menurut sejarah pulau
Madagaskar pernah bersatu dengan Afrika. Wilayah Ethiopian juga memiliki hewan
yang hampir sama dengan di wilayah Oriental seperti golongan kucing, bajing,
tikus, babi hutan, kelelawar, dan anjing.
2. Wilayah Palearktik
Wilayah persebarannya sangat luas meliputi hampir seluruh
benua Eropa, Uni Soviet, daerah dekat Kutub Utara sampai Pegunungan Himalaya,
Kepulauan Inggris di Eropa Barat sampai Jepang, Selat Bering di pantai Pasifik,
dan benua Afrika paling Utara. Kondisi lingkungan wilayah ini bervariasi, baik
perbedaan suhu, curah hujan maupun kondisi permukaan tanahnya, menyebabkan
jenis faunanya juga bervariasi. Beberapa jenis fauna Paleartik yang tetap
bertahan di lingkungan aslinya yaitu panda di Cina, unta di Afrika Utara,
binatang kutub seperti rusa Kutub, kucing Kutub, dan beruang Kutub.
Binatang-binatang yang berasal dari wilayah ini antara lain kelinci, sejenis
tikus, berbagai spesies anjing, kelelawar. Bajing, dan kijang telah menyebar ke
wilayah lainnya.
3. Wilayah Nearktik
Wilayah persebarannya meliputi kawasan Amerika Serikat,
Amerika Utara dekat Kutub Utara, dan Greenland. Hewan khas daerah ini adalah
ayam kalkun liar, tikus berkantung di Gurun Pasifik Timur, bison, muskox,
caribau, domba gunung. Di daerah ini juga terdapat beberapa jenis hewan yang
ada di wilayah Palearktik seperti kelinci, kelelawar, anjing, kucing, dan
bajing.
4. Wilayah Neotropikal
Wilayah persebarannya meliputi
Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan sebagian besar Meksiko. Iklim di wilayah
ini sebagian besar beriklim tropik dan bagian Selatan beriklim sedang. Hewan
endemiknya adalah ikan piranha dan belut listrik di sungai Amazon, lama
(sejenis unta) di padang pasir atacama (Peru), tapir, dan kera hidung merah.
Wilayah Neotropikal sangat terkenal sebagai wilayah fauna vertebrata karena
jenisnya yang sangat beranekaragam dan spesifik, seperti beberapa spesies
monyet, trenggiling, beberapa jenis reptil seperti buaya, ular, kadal, beberapa
spesies burung, dan ada sejenis kelelawar penghisap darah.
5. Wilayah Oriental
Fauna di wilayah ini tersebar di
kawasan Asia terutama Asia Selatan dan Asia Tenggara. Fauna Indonesia yang
masuk wilayah ini hanya di Indonesia bagian Barat. Hewan yang khas wilayah ini
adalah harimau, orang utan, gibbon, rusa, banteng, dan badak bercula satu.
Hewan lainnya adalah badak bercula dua, gajah, beruang, antilop, berbagai jenis
reptil, dan ikan. Adanya jenis hewan yang hampir sama dengan wilayah Ethiopian
antara lain kucing, anjing, monyet, gajah, badak, dan harimau, menunjukkan
bahwa Asia Selatan dan Asia Tenggara pernah menjadi satu daratan dengan Afrika.
6. Wilayah Australian
Wilayah ini mencakup kawasan
Australia, Selandia Baru, Irian, Maluku, dan pulau-pulau sekitarnya. Beberapa
hewan khas wilayah ini adalah kanguru, kiwi, koala, cocor bebek (sejenis
mamalia bertelur). Terdapat beberapa jenis burung yang khas wilayah ini seperti
burung cendrawasih, burung kasuari, burung kakaktua, dan betet. Kelompok reptil
antara lain buaya, kura-kura, ular piton.
7. Wilayah Oceanik
Fauna di wilayah ini tersebar di
kawasan kepulauan di Samudra Pasifik. Wilayah ini merupakan pengembangan dari
wilayah Australian daratan, dengan spesifikasi fauna tertentu. Oleh karena itu
jenis faunanya hampir sama dengan wilayah Australian.
8. Wilayah Antartik
Seperti namanya, maka wilayahnya
mencakup kawasan di Kutub Selatan. Jenis fauna yang hidup di daerah ini
memiliki bulu lebat dan mampu menahan dingin, misalnya rusa kutub, burung
pinguin, anjing laut, kelinci kutub, dan beruang kutub.
Wilayah persebaran fauna di Kepulauan Indonesia, yaitu:
1. Sundaic
Pulau
yang termasuk kedalam wilayah ini adalah pulau Kalimantan, pulau jawa, pulau Sumatera, pulau
Bali. Fauna sundaic memiliki kemiripan dengan fauna Asia. Fauna sundaic antara
lain adalah: gajah India di Sumatera, harimau terdapat di Jawa, Sumatera, Bali,
badak bercula dua di Sumatera dan Kalimantan, badak bercula satu di Jawa,
raliahan antara fauna Asia dengan fauna Australia. Orang utan di Sumatera dan
Kalimantan, Kancil di Jawa, Sumatera dan Kalimantan, dan beruang madu di
Sumatera dan Kalimantan. Di Nusa Tenggara terdapat sejenis cecak terbang yang
termasuk binatang Asia. Fauna endemik di daerah ini adalah, badak bercula satu
di Ujung kulon Jawa Barat, Beo Nias di Kabupaten Nias, Bekantan/Kera Belanda
dan Orang Utan di Kalimantan.
2. Wallacea
Fauna Wallacea ( peralihan) tersebar
di Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Daerah fauna Peralihan dibatasi oleh
garis Wallace yang membatasi dengan fauna di dataran Sunda dan garis Weber yang
membatasi dengan fauna di dataran Sahul. Fauna pada wilayah ini memiliki
kemiripan peraliahan antara fauna Asia dengan fauna benua Auatralia. Contoh
faunanya antara lain: babi rusa, anoa, kuskus, biawak, katak terbang. Katak
terbang ini juga termasuk fauna Asiatis. Di daerah fauna peralihan juga
terdapat fauna endemik seperti: Komo di P.Komodo dan pulau-pulau sekitarnya,
tapir (kerbau liar), burung Kasuari di Pulau Morotai, Obi, Halmahera dan Bacan.
3. Australis
Fauna yang terdapat di wilayah ini
terdapat di Irian Jaya dan pulau-pulau disekitarnya. Binatang-binatangnya
mempunyai kesamaan dengan binatang-binatang di benua Australia. Daerah ini juga
disebut fauna dataran Sahul, contohnya antara lain: kanguru, kasuari, kuskus,
burung cendrawasih dan berbagai jenis burung lainnya, reptil, dan amphibi.
Alfred Russel Wallace (1823-1913) membagi persebaran flora
Indonesia dan fauna menjadi dua bagian besar. Bagian pertama, yang terletak di
wilayah Indonesia bagian barat, memiliki persebaran ciri flora dan fauna yang
mirip dengan persebaran flora dan fauna Asia. Bagian timur Indonesia memiliki
ciri flora & fauna yang mirip dengan Australia. Garis yang memisahkan
persebaran dua bagian flora & fauna Indonesia tersebut dikenal dengan nama
Garis Wallace membatasi wilayah persebaran untuk fauna pada barat &
Indonesia tengah, sedangkan garis Weber membatasi wilayah sebaran fauna dari
tengah Indonesia dengan timur Indonesia.
1). Fauna Indonesia di Bagian Barat
Fauna dengan persebaran di bagian Indonesia Barat atau
tipe asiatis mencakup wilayah Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Mamalia
berukuran besar banyak ditemui di wilayah Indonesia ini seperti gajah, macan,
tapir, badak bercula satu, banteng, kerbau, rusa, babi hutan, orang utan,
monyet, bekantan, dan lain-lain. Di samping persebaran mamalia, di wilayah
indonesia ini banyak pula ditemui reptil seperti ular, buaya, tokek, kadal,
tokek, biawak, bunglon, kura-kura, dan trenggiling. Berbagai jenis persebaran burung
yang dapat ditemui seperti burung hantu, gagak, jalak, elang, merak, kutilang,
& berbagai macam unggas. Berbagai macam ikan air tawar seperti pesut
(sejenis lumba-lumba di Sungai Mahakam) dapat ditemui di wilayah Indonesia ini.
contoh fauna Indonesia bagian Barat
2). Fauna Indonesia di Tengah atau Tipe Peralihan
Indonesia
Fauna dengan persebaran di bagian Indonesia Tengah
merupakan tipe peralihan atau Austral Asiatic. Wilayah fauna Indonesia Tengah
di sebut pula wilayah fauna kepulauan Wallace, mencakup Sulawesi, Maluku,
Timor, & Nusa Tenggara serta sejumlah pulau kecil di sekitar pulau-pulau
indonesia tersebut. Fauna yang menghuni wilayah Indonesia ini antara lain babi
rusa, anoa, ikan duyung, kuskus, monyet hitam, kuda, sapi, monyet saba,
beruang, tarsius, sapi, & banteng. Selain itu terdapat pula reptil, amfibi,
& berbagai jenis burung. Reptil yang terdapat di persebaran daerah
Indonesia ini di antaranya biawak, komodo, buaya, & ular. Berbagai macam
fauna burung yang terdapat di wilayah indonesia ini di antaranya maleo, burung
dewata, mandar, raja udang, rangkong, & kakatua nuri.
contoh fauna Indonesia bagian Tengah
3). Fauna Indonesia
di Bagian Timur Indonesia
Fauna dengan persebaran di bagian Timur Indonesia atau
disebut tipe australic tersebar di wilayah Papua, Halmahera, dan Kepulauan Aru.
Fauna berupa mamalia yang menghuni wilayah Indonesia ini antara lain kangguru,
beruang, walabi, landak irian (nokdiak), kuskus, pemanjat berkantung (oposum
layang), kangguru pohon, & kelelawar. Di wilayah persebaran indonesia ini,
tidak ditemukan kera. Di samping mamalia tersebut, terdapat pula persebaran
reptil seperti biawak, buaya, ular, kadal. Berbagai jenis burung ditemui di wilayah
persebaran indonesia ini di antaranya burung cenderawasih (burung ciri khas
Indonesia timur), nuri, raja udang, kasuari, dan namudur. Jenis ikan air tawar
yang ada di relatif sedikit.
Beberapa spesies fauna Indonesia bagian Timur.
Meskipun 45% di wilayah Indonesia tercatat belum di huni
dan sebagian besar ditutupi oleh hutan tropis, populasi pertumbuhan Indonesia
semakin tinggi serta perkembangan industrialisasi Indonesia ini akan
mempengaruhi keberadaan dari fauna secara perlahan.Setelah mempelajari
persebaran dari berbagai macam fauna tadi, kita dapat menarik kesimpulan bahwa
tipe dan jenis fauna masing-masing daerah di negeri Indonesia tercinta kita ini
memiliki keberagaman antara daerah Indonesia yang satu dengan yang lainnya
sesuai persebaran wilayahnya yang telah dijelaskan diatas.
Sumber :