Kekayaan
Kain Tradisional di Museum Tekstil
Tanah
Abang
Gambar 1.
Saya dan teman sekelompok didepan Gedung Museum Tekstil
Pada kesempatan ini, saya akan membagikan
sedikit cerita pengalaman saya dengan beberapa teman saya yang berkunjung ke
Museum Tesktil Tanah Abang beberapa waktu lalu. Dalam rangka memenuhi tugas
kuliah Ilmu Budaya Dasar, saya dan teman sekelompok saya memilih untuk
berkunjung ke Museum Tekstil yang terletak di daerah Tanah Abang, Jakarta
Pusat.
Gambar
2. Gedung Museum Tekstil tampak depan
Untuk yang
pertama, saya akan menjelaskan transportasi umum apa yang dapat membawa kita ke
Museum Tekstil. Banyak transportasi umum yang mengarah ke Museum Tekstil salah
satunya transportasi yang sedang ramai digunakan masyarakat Jakarta, yaitu
kereta listrik Commuterline
Jabodetabek. Aksesnya yang mudah membuat saya dan teman saya memilih
menggunakan kereta commuterline untuk menuju ke Museum Tekstil. Saya akan
jelaskan rute kereta listrik commuterline dari beberapa daerah asal menuju ke
tanah abang. Pertama, bagi yang tinggal di daerah Bogor dan Depok, bisa
menggunakan kereta dengan rute Bogor-Tanah Abang, Bogor-Duri, Bogor-Kampung
Bandan, dan Bogor-Jatinegara. Kedua, bagi yang tinggal di daerah Bekasi, bisa
menggunakan kereta dengan rute Bekasi-Jakarta Kota lalu transit di stasiun
Manggarai lalu naik kereta kembali menuju Tanah Abang. Ketiga, bagi yang
tinggal di daerah Tanggerang, bisa menggunakan kereta dengan rute
Tanggerang-Duri transit ke arah Tanah Abang, atau bisa juga menggunakan kereta
dengan rute Tanggerang-Bogor lalu turun di stasiun Tanah Abang. Setelah sampai
di stasiun Tanah Abang, kita hanya perlu berjalan kaki ke museum yang letaknya
tidak jauh dari stasiun. Butuh
waktu kurang lebih sepuluh menit berjalan kaki dari stasiun menuju museum
tekstil.
Saat sampai di
museum, kita sebagai pengunjung diminta untuk membeli tiket masuk terlebih
dahulu. Tiket masuk yang ditawarkan juga beragam harganya namun tetap
terjangkau. Untuk anak-anak dikenakan biaya sebesar Rp 2.000, untuk mahasiswa
Rp 3.000, dan untuk dewasa sebesar Rp 5.000.
Gambar 3. Tiket masuk museum tekstil
Setelah membeli tiket, kita berjalan menuju
gedung utama dimana didalamnya terdapat banyak kain batik dari berbagai daerah.
Namun ada yang unik sebelum memasuki gedung, yaitu keberadaan tugu kecil yang
memuat tulisan mengenai sejarah singkat bangunan yang kita kenal sekarang
sebagai gedung museum tekstil.
Gambar 4.
Tugu kecil berisikan sejarah singkat bangunan museum tekstil
Sejarah singkat Museum Tekstil :
Gedung
ini awalnya sebagai Landhuis (Villa) dibangun pada awal abad ke 19, milik warga
Prancis yang tinggal di Batavia, kemudian dibeli oleh Sayed Abdul Aziz Al
Kazimi, konsul Turki di Batavia. Pada tahun 1942 dijual lagi kepada Dr. Karel
Christian Crucq. Pada masa revolusi fisik tahun 1945 sebagai markas besar
Barisan Keamanan Rakyat (BKR). Pada tahun 1947 menjadi milik Lie Sion Pin
kemudian olehnya di kontrakkan kepada Departemen Sosial RI untuk penampungan
orang-orang jompo dan sejak tahun 1952 dibeli oleh Departemen Sosial RI.
Pada
tahun 1972 ditetapkan sebagai bangunan bersejarah yang dilindungi Undang-undang
Monumen (MONUMENTEN ORDONANTIE)STBL.
1931 NO. 23 dan surat keputusan Gubernur KDKI Jakarta NOMOR. CB. 11//1/12/72,
tanggal 10 Januari 1972. Pada tanggal 25 Oktober 1975 diserahkan oleh
Departemen Sosial RI kepada PEMDA DKI Jakarta untuk bangunan Museum kemudian
pada tanggal 28 Juni 1976 diresmikan sebagai Gedung Museum Tekstil.
Saat masuk kami
langsung disuguhkan pemandangan yang begitu bagusnya. Dengan banyaknya koleksi
kain batik yang ada didalamnya membuat ruangan tersebut jadi mempunyai warna
ruangan yang khas dan teduh.
Gambar
5. Saat memasuki gedung dengan berbagai macam batik
Begitu banyaknya
koleksi kain batik yang ada menambah kekaguman saya dan teman-teman saya
terhadap kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia. Banyak sekali motif batik
mulai dari yang sederhana sampai motif yang cukup banyak dan agak sulit. Kain
batik yang ada di Museum Tekstil berasal dari sumbangan-sumbangan orang lain
yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, antara lain berasal dari
Yogyakarta, Madura, Surakarta, dan lainnya. Beberapa koleksi kain di museum adalah kain panjang
bintang laut, kain panjang sabat rantay, buketan latar dlorong, buketan peksi
kipas latar blangreng, kain panjang sekar jagad, kain panjanng blandha, dan
masih banyak lainnya.
Gambar
6. Koleksi kain batik museum tekstil
Selesai
berkeliling melihat-lihat berbagai koleksi kain batik di gedung utama museum,
saya dan teman-teman memilih untuk beristirahat sejenak di taman yang berada
didalam area museum sambil menikmati makanan ringan dan minuman yang kami bawa.
Setelah merasa cukup beristirahat, kami melanjutkan berkeliling ke area lain
untuk melihat koleksi alat tenun dan hasil tenunannya.
Gambar 7. Alat tenun dan kain tenun
Di
museum tekstil juda terdapat tempat dimana kita bisa belajar membuat batik, untuk
pengunjung cukup membayar Rp 5.000/orang.
Gambar 8. Pendopo Batik dan orang yang
sedang belajar membatik
Di dalam area museum terdapat sarana
umum yang dapat digunakan oleh pengunjung yang sedang berkunjung seperti
toilet, kantin dan mushala. Namun bukan hanya itu, disana juga terdapat fasilitas lainnya seperti
perpustakaan, laboratorium penyimpanan, auditorium, internet hotspot, dan mini
teater. Di dalam museum,
tepatnya di depan pendopo membuat batik terdapat sebuah bangunan yang
didalamnya terdapat buah tangan bagi para pengunjung yang ingin membeli sebagai
oleh-oleh atau souvenir.
Demikianlah cerita pengalaman saya dan
teman-teman saya saat mengunjungi museum tekstil. Semoga apa yang sudah
diceritakan ada yang bisa diambil dan dijadikan bahan pelajaran atau informasi
baru.
Terima kasih sudah membaca cerita pengalaman ke museum tekstil
ini, dan mohon maaf jika masih terdapat kesalahan dalam ejaan dalam penulisan.
Kritik dan saran kami terima dengan sangat terbuka.