Aku dan Alif
Namaku
Dafi, aku adalah anak seorang pengusaha kilang minyak yang kaya raya.
Kehidupanku mewah, apa pun yang ku mau pasti ku mendapatkannya tanpa harus
susah payah. Kehidupanku sangatlah tidak seperti apa yang orang-orang
bayangkan, aku tidak mempunyai teman atau sahabat karena di sekolah aku adalah
pribadi yang sangat pendiam dan dingin. Anak-anak lain yang satu sekolah
denganku juga sama sepertiku, seperti memiliki kehidupan masing-masing dan
kurang bersosialisasi dengan anak lainnya. Setelah aku lulus SMP aku pun
meminta sekolah di sekolah pilihanku sendiri, karena saat aku duduk di seklah
dasar dan sekolah menengah pertama aku dipilihkan sekolah oleh kedua orang
tuaku.
Sekarang
aku sekolah di sebuah SMA swasta, saat mos aku mendapat teman tapi cuman sementara karena aku pendiam, susah
untukku bergaul apalagi dengan lingkungan yang baru ku kenal. 2 jam setelah mos
di lapangan aku pun mendapat kelas baru bersama anak-anak lainnya. Waktu itu
ada seseorang yang mendekatiku, namanya Alif. Dia anak kurang mampu tapi dia
memiliki banyak teman sewaktu MOS. Dia mendekatiku karena karena dia penasaran,
karena aku tidak punya teman. Dia mendekatiku dengan memberikanku bekal
makanan. Aku pun awalnya menolah tapi karena dia memaksa akhirnya aku pun mau
menerimannya. Aku pun mulai berteman dengannya. Pertemananku dengan Alif tidak
seperti yang kubayangkan sebelumnya, aku mulai nyaman dan mungkin saja kami
berdua bisa menjadi sahabat baik karena Alif sangat baik hati dan ramah. Dan dia
bisa membuat aku mendapat teman yang baru, kehadiran Alif seakan membuka pintu
baru untuk kehidupanku. Aku sekarang sudah tidak bersikap pendiam lagi dan aku
diajarkan bersikap ramah oleh Alif. Bukannya aku tidak mau bersikap ramah,
tetapi aku mempunyai alasan tersendiri.
Keesokan harinya aku diajak kerumahnya. Kunyalakan
motor merahku, kemudian aku berangkat menuju kerumah Alif. Dia anak yatim,
ayahnya meninggal karena sakit stroke Karena tidak memiliki biaya sewaktu akan
di bawa kerumah sakit satu minggu setelah itu ayahnyapun meninggal dunia. Satu
minggu setelah ayahnya meninggal dunia, dia pun menggantikan posisi ayahnya
sebagai kepala keluarga dan tulang punggung keluarganya. Dia mempunyai adik
perempuan yang bernama Aisyah yang sekarang duduk dibangku sekolah dasar.
Adiknya pun ikut membantu ibu nya untuk mencari uang. Seusai pulang sekolah
Alif pergi ke pasar untuk mencari nafkah untuk keluarganya, terkadang dia menjadi kuli panggul di pasar. Aku pun
sedih melihat kondisi rumahnya yang sudah banyak mengalami kerusakan
dimana-mana. Pekerjaan ibunya sehari-hari adalah menjadi seorang buruh cuci
yang dalam sehari hanya mendapatkan 10 ribu sampai 40 ribu rupiah, yang
hasilnya terkadang hanya bisa untuk makan saja. Alif pun tidak pernah meminta
apa-apa dari ibu nya. Untuk uang sekolah, dan uang saku Alif mendapatkannya
dari hasil bekeja sebagai kuli panggul di pasar. Sungguh anak yang sangat
mandiri tidak sepertiku, aku hanya perlu waktu beberapa menit untuk meminta
sesuatu kepada ayahku yang selalu mengabulkan permintaanku itu.
Sebenarnya
aku ingin membantunya tetapi dia menolak dengan halus. Alasan nya karena iya
masih bisa dan tidak mau mereppotkan ku. Saat hari minggu pun aku pergi
kerumahnya untuk membantunya bekerja di pasar, awalnya dia menolak namun
akhirnya dia mengizinkanku untuk ikut bekerja di pasar. Beban seberat 25 kg
dipikul Alif dari pedagang sampai ke kendaraan pembelinya setiap hari. Sungguh
aku tidak pernah membayangkan hal ini sebelumnya. Awalnya aku kesulitan membawa
belanjaan dengan beban yang lumayan berat, tapi melihat semangat Alif aku jadi
melupakan semuanya itu. Alif dan aku berkerja di pasar dari jam 8 pagi hingga
jam 5 sore, lelah rasanya tapi anehnya aku merasa senang. Ini adalah pertama
kalinya aku bekerja dan mendapatkan uang dari hasil keringatku sendiri.
Akhirnya aku dan Alif pun mendapat uang
80 ribu rupiah. Jam 5.30 sore kami berdua pulang kerumah Alif. Uang yang
didapat kemudian diberikannya kepada ibu nya untuk membeli beras dan lauk pauk.
Keesokan
harinya aku pergi berangkat kesekolah dengan menjemput Alif terlebih dahulu. Kuras
sekarang ini aku benar-benar semangat untuk melakukan sesuatu, terutama pergi
kesekolah dan bertemu teman-temanku.
Akhirnya
kami sampai di sekolah dan pelajaran pun dimulai. Saat jam istirahat aku mengajak
Alif pergi ke kantin ,tetapi Alif menolak dan malah pergi ke pepustakaan. Aku
pun pergi ke kantin dan membelikannya makanan untuk kami berdua. Aku mengajak
Alif duduk ditaman sambil memakan makanan dan membaca buku, aku bertanya alasan
Alif tidak jajan, dan ternyata dia sedang menabung untuk membelikan adiknya tas
dan sepatu baru. Tak terasa, bel masuk pun berbunyi dan kami berdua kembali ke
dalam kelas untuk belajar kembali. Saat pulang sekolah aku tidak pulang sekolah
melainkan pergi ke sebuah tempat. Aku membawa Alif ke sebuah danau, kami berdua
pun turun dari mobil dan duduk didepan mobil sambil menikmati pemandangan danau.
Aku memeluk Alif dengan erat dan berterimakasih karena setelah mengenalnya
sekarang aku bisa merasakan apa arti dari sebuah perjuangan hidup, bagaimana
susahnya mencari uang untuk menghidupi keluarga dan menjadi kepala keluarga,
aku menangis dihadapannya dan dia mengapus air mata di pipiku, dan dia berkata
kalau dia sudah menganggapku sebagai saudaranya sendiri.
Tak
teras aku dan Alif sudah 10 tahun menjadi sahabat, sekarang Alif sudah menjadi
orang sukses dia bekerja di perusahaan ayahku, bersamaku kami membangun sekolah
untuk anak-anak kurang mampu, dan menjalankan bisnis makanan berdua. Sampai
pada akhirnya aku dan Alif sama-sama mempunyai istri, pertemanan kami masih
terus berjalan. Kami berdua sangat bahagian dengan persahabatan kami, susah dan
senang akan kami alami bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar