Rabu, 23 Desember 2015

Cerpen Hujan dan Pelangi

Hujan dan Pelangi
Pagi ini begitu dingin, membuatku betah berlama-lama berada di atas tempat tidurku bersama selimut tebal dan juga boneka beruang kesayanganku. Mentari pagi yang biasanya menyinari kamarku dengan sinarnya rupanya sedang menyembunyikan diri dibalik gumpalan awan hitam. Membuatku hampir saja menutup mataku kembali. Kabar baiknya hari ini adalah hari libur, dan aku bisa berlama-lama di dalam kamarku tanpa melakukan sesuatu, beberapa saat kemudian aku mulai merasa bosan. Aku bangun dari tempat tidurku dan duduk disofa yang mengahap ke keluar di dekat jendela. Ku pikir hari ini aku akan menghabiskan waktuku seharian ini di dalam rumah saja.  Cuaca pagi yang dingin ini membuat perutku terasa lapar, aku pun pergi kedapur untuk membuat  makanan.
Aku tinggal sendiri dirumah ini, kedua orang tua ku tinggal di Australia karena mereka bekerja di sana. Jadi aku sudah terbiasa menyiapkan sendiri semua keperluanku, dari mulai aku bangun hingga aku akan tertidur saat malam. Aku membuat roti isi dan segelas susu untuk sarapanku kali ini. Ku nikmati sarapan ditemani dengan musik favoritku. Setelah selesai sarapan, aku kembali kamar untuk mengambil handphone ku. Ku lihat ada pesan masuk dari Eni temanku. Hari ini dia memintaku untuk menemaninya pergi ke toko buku. Meskipun aku sedikit malas untuk pergi keluar hari ini, tapi demi temanku Eni aku akan pergi ke toko buku menemaninya, mungkin saja aku bisa mengusir rasa bosanku dengan pergi bersama Eni.
Aku bersiap dan menunggu Eni menjemputku dirumah. Sambil menunggu Eni, aku berjalan-jalan di sekitar halaman rumahku. Tetesan air hujan sedikit demi sedikit telah membasahi halaman rumahku. Bajuku sedikit basah karena terkena tetesan hujan. Setelah masuk kedalam rumah, Eni menelpon ku dan memberiahukan kalau dia sudah ada di depan rumahku. Ku lambaikan tanganku di jendela rumah menandakan kalau aku sudah melihatnya. Eni rupannya membawa Arif kekasihnya untuk ikut bersama kami, dan kali ini sepertinya rasa bosanku tidak akan hilang. Disepanjang perjalanan aku mendengarkan musik menggunakan earphoneku, karena Eni dan Arif asyik mengobrol berdua. Sesekali mereka melihat dan tertawa. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan tapi didalam hatiku aku juga tertawa melihat tingkah konyol mereka berdua. Sesampainya di sebuah toko buku, Arif mendekati seorang laki-laki yang sedang berdiri di depan pintu masuk toko buku. Ternyata laki-laki itu adalah sepupu Arif, namanya Revan yang dulu pernah satu sekolah denganku. Eni dan Arif meninggalkan aku berdua dibelakang bersama Revan. Pendiam dan cuek adalah sikap Revan dari sejak sekolah, aku dan dia memang tidak dekat tapi aku tahu itu. Revan memulai percakapan dengan memberikan aku sebuah novel, Revan bilang novel itu sangan bagus dan menginspirasi. Kemudian kami mulai mengobrol berdua sampai-sampai Eni dan Arif memanggil kita berdua karena Eni telah mendapatkan buku yang dicarinya.
Revan mengajak kita untuk makan siang bersama di cafe dekat toko buku, rupannya hujan lebat telah turun saat aku berada di dalam toko buku. Ku lihat jalanan yang basah terkena hujan. Hawa dinginpun mulai menyerang ku. Aku memilih tempat duduk di dekat jendela, disamping Eni. Setelah selesai makan siang, kami pun pulang. Aku pulang diantar oleh Revan.
          Menurutku hari ini lumayan bisa membuang rasa bosanku. Handphone ku berdering, sebua nomor yang aku tidak kenal muncul di layar ponselku. Ku angkat, dan rupannya itu adalah nomor Revan
“Hallo... Sandra, ini aku Revan”
“Hallo, Revan?”
“Iya, aku tadi meminta nomor kamu ke Arif, kamu ga keberatan kan?”
“Iya Van, ga kenapa-kenapa kok. Oh iya aku udah baca buku yang kamu beliin. Bukunya bagus Van”
        Kami pun mengobrol sampai jam 7 malam. Saking asyiknya mengobrol aku sampai lupa mengabari ibuku. Revan mengajakku untuk pergi liburan besok. Aku heran kenapa aku merasa dekat padahal aku baru saja kenal dengannya.
          Hari ini lebih cerah dibandingkan kemarin, aku segera bersiap karena Revan akan menjemputku pukul 9. Setelah bersiap aku menyiapkan sarapan dan bekal, aku fikir Revan mungkin saja senang kalau aku membawakannya bekal buatanku sendiri.
         Suara motornya sudah terdengar di luar rumahnku, aku segera melangkah keluar dan naik ke atas motornya. Aku bertanya kemana dia akan membawa ku pergi hari ini. Kami sampai di sebuah taman yang cukup luas, dengan danau di tengahnya. Dan dihiasi dengan hamparan bunga yang tersebar disekeliling taman. Ditambah dengan rindangnya pepohonan membuat suasana yang begitu menyenangkan. Kami duduk di rerumputan di bawah sebuah pohon besar, revan membawa novel dan membacakannya untukku.
Ternyata Revan suka sekali membaca novel, akupun jadi tertarik untuk membaca novel. Siang tiba, kami makan siang dengan bekal yang aku bawa, dan ternyata revan suka dengan bekal buatanku. Selesai makan kami pun berjalan-jalan di sekitar taman, cuaca yang tadinya cerah cerah berubah seketika. Gumpalan tebal awan hitam mulai terbentuk, dan tetesan air hujan pun turun. Sungguh sangat merusak suasana pikirku, wajahku sedikit ku tekuk karena hujan turun dan Revan bertanya kepadaku kenapa dengan aku.
“San.. kamu kenapa, ko mukanya jadi bete gitu?”
“Hujan ini buat suasana jadi kurang asik Van..”
          Aku sangat tidak suka hujan. Selain membuatku basah juga bisa membuatku jatuh sakit. Dan sekarang hujan datang di saat yang kurang tepat. Tak berapa lama kemudian hujan sudah mulai reda, aku dan Revan melanjutkan berjalan menuju motornya. Revan masih saja memperhatikan wajahku yang berubah sejak hujan datang. Dia menarik tanganku dan membawaku ke sebuah tempat di sisi lain dari taman itu, aku melihat sebuah pemandangan yang mungkin sudah sering aku lewatkan saat hujan berhenti. Sebuah pelangi terbentuk di antara bukit-bukit kecil yang jauh yang tampak dari tempatku dan Revan berdiri. Tak sadar akupun tersenyum dan Revan mengatakan bahwa dia sangat menyukai hujan, dan juga hujan saat ini karena telah melihat senyumku bersamaan dengan pelangi yang sedang dia lihat setelah hujan tadi.
          Dan sekarang aku selalu menikmati saat hujan turun dan aku selalu menunggu saat-saat hujan reda dan aku berharap bisa melihat pelangi indah yang muncul setelah hujan. Dan aku pun jadi menyukai apa yang disukai oleh Revan, yaitu novel dan Hujan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar