Senin, 21 Desember 2015

Cerpen

Sebuah Melodi

Aku berjalan disebuah lorong kecil yang agak gelap, aku akan menemui seseorang yang mengajarkan aku tentang banyak hal. Saat aku tiba di sebuah pintu, dengan perlahan ku ketuk pintu itu dan ku buka. Mataku melirik kesana kemari mencari seseorang yang akan kutemui. Saat itu aku sedikit bingung karena aku tidak melihatnya di ruangan itu. Untuk sejenak aku berfikir bahwa dia lupa akan janjinya kemarin sore kepadaku. Tapi ,ku langkahkan kaki ku untuk memasuki ruangan itu, berharap dia akan datang dan ingat janjinya. Tak lama kemudian, aku mendengar suara seseorang memanggilku. Seketika aku menoleh kebelakang dan melihat seseorang dengan tubuh yang tinggi dengan kulitnya yang  putih sudah ada di depan ku dengan senyum kecil di wajahnya. Aku melangkah kearahnya yang sepertinya sudah memperhatikan ku sejak aku masuk tadi. Kemudian dengan lembut dia berkata "Kau sangat lucu saat sedang menunggu..." ,dengan sedikit tertawa dia menjelaskan bahwa dia sejak tadi sudah berjalan mengikutiku dari awal aku memasuki lorong hingga aku sampai diruangan ini. Betapa malunya aku mengetahui itu, mengingat aku berbicara sendiri saat berjalan hingga sampai diruangan ini.

Dia pun langsung memintaku untuk duduk disampingnya. Di depan sebuah piano berwarna putih. Jari jemarinya perlahan menyentuh tuns piano yang membuat nada-nada yang indah. Aku tidak pernah berhenti merasa kagum saat aku melihatnya memainkan pianonya. Itu lah sebabnya mengapa aku memintanya mengajariku bermain piano. Dika sudah 12 tahun bermain piano, ya...namanya adalah Dika. Bukan hanya sudah sangat lama belajar piano, tetapi setiap nada yang keluar sangat menyentuh hati para pendengarnya. Karena dika bermain piano dengan menggunakan perasaan dan hati, itu caranya menyampaikan pesan kepada pendengarnya. Dika selalu membuatku kagum,bukan hanya dengan keahliannya tetapi juga dengan sifatnya yang ramah dan baik membuat dia disenangi banyak orang. Dika mulai mengenalkan aku pada nada-nada dasar. Latihan pertamaku sungghuh meyenangkan, meski aku sangat awam dengan piano. Tapi dika meyakinkan ku kalau aku bisa belajar piano dengan baik. Latihan demi latihan ku lalui bersamanya, meski kadang aku berfikir lelah karena menurutku itu sulit.

Tidak terasa sudah 6 bulan aku belajar piano. Dika bilang aku termasuk murid yang pandai karena dapat belajar dengan cepat. Sampai akhirnya aku dibuatkan sebuah lagu sebagai hadiah karena aku sudah lancar dalam bermain piano. Saat aku mendengarkannya perasaan senang itu secara tak sadar membuat ku meneteskan air mata. Sampai-sampai dika mengejekku karena aku menangis. Kejadian hari ini sungguh membuat aku merasa senang. Besok dika berjanji akan mengajakku pergi ke suatu tempat setelah pulang latihan.

Aku sangat tidak sabar sampai-sampai aku terus mengirimkan pesan menanyakan soal latihan hari ini. Saat aku bersiap untuk pergi ke tempat latihan,tiba-tiba telfonku berdering. Betapa kagetnya saat aku mendapatkan kabar bahwa dika kecelakaan dan sekarang ada dirumah sakit. Tanpa berfikir panjang akupun segera pergi kerumah sakit. Aku melihat dika yang akan masuk keruang operasi. Satu jam berlalu, akhirnya dokter keluar dari ruang operasi. Setelah menunggu selama 3 jam dokter akhirnya mengizinkan aku untuk masuk ke dalam melihat dika. Dika pun sadar, aku sangat bersyukur karena dika sekarang sudah sadar dan aku berharap dika bisa cepat pulih.  Dua hari kemudian aku pergi kerumah sakit, dan aku melihat dika yang biasanya selalu ceria tapi kali ini seperti memendam sebuah masalah. Aku sudah mencoba bertanya,tetap dia selalu bilang baik-baik saja. Beberapa hari kemudian dika dipebolehkan pulang oleh dokter. Setelah hari itu, tempat latihannya adalah rumah dika. Dika sangat bersemangat sekali, bahkan sampai membua sebuah daftar lagu yang harus dia ajarkan kepadaku. Dika memberitahukan kepadaku bahwa dika telah mendaftarkan aku untuk mengikuti sebuah perlombaan. aku senang dika sudah kembali seperti dulu, dika yang selalu ceria. Beberapa hari ini latihan ku sangatlah padat. hingga akhirnya dika mempunyaI ide untuk mebuat sebuah video kami berdua sedang memainkan lagu ciptaanya. awalnya aku takut karena kemampuanku masih jauh dibawah dia,tapi dika terus membuat aku termotifasi. Satu minggu sebelum perlombaanku di adakan, tiba-tiba aku melihat dika yang sedang duduk di sebelah pianonya merasa kesakitan. Aku membawa dika pergi kerumah sakit. Dan betapa terkejutnya aku saat mengetahui bahwa operasi yang dika lakukan saat kecelakaan dulu itu gagal, dan berdampak pada kesehatannya sekarang ,Dika sendiri sudah mengetahinya tetapi tidak mau memberitahukannya kepadaku. Dokter bilang kemungkinan dika akan sulit untuk bisa bermain piano seperti dulu, karena dika terancam lumpuh. Aku sempat ingin mundur dari perlombaan karena aku ingin merawat dika. Tetap dika tidak mengizinkan aku untuk mundur dari perlombaan itu, Dika terus menerus mendukungku, memberikan semangat dan latihan meski dia sedang terbaring di rumah sakit.

Melihat semangat Dika, akupun mulai bangkit dan semnagatku mulai kembali lagi, aku berjaji tidak akan mengecewakan dika dan akan memberikan yang terbaik untuk dika yang sudah membuatku percaya diri dan membuat ku bisa semangat lagi.

Hari itupun tiba, aku sudah sangat bersemangat dan aku berharap dapat memberikan yang terbaik agar aku bisa memberika hadiah kepada Dika. Saat aku diatas panggung, aku membayangkan dika ada didepan ku dan sedang memperhatikan aku. Awalnya aku gugup, tapi perlahan senyuman dika terbayang dan aku mulai memainkan piano. tak terasa musik yang aku mainkan hampir berakhir. Aku menutup mata, terdengar suara ramai tepuk tangan dari penonton yang hadir. Aku berhasil membuat para juri terkesan dengan permainan piano ku, Penonton yang hadir pun begitu. Pertama kali aku mengikuti lomba ,pertama kali juga aku mendapatkan juara pertama. Ini akan aku hadiahkan untuk dika. Begitu selesai aku segera pergi kerumah sakit. saat sampai diruangan dika,aku bingung kenapa dia tidak ada. Akhirnya akupun menanyakan kepada perawat,ternyata dika dipindahkan keruang lain. sedikit-demisedikit langkahku mulai melambat,Saat aku tiba diruangan tempat dika, air mataku menetes melihat dika yang sebelumnya sudah baik-baik saja sekarang kondisinya memburuk dan membuat dika taksadarkan diri. Aku masuk keruangan itu, ku hapus air mataku dan ku genggam tangan dika yang mulai terasa dingin. Kuletakkan tropi di meja samping tempat tidurnya.

 Lalu aku mengambil telepon ku, Kuputar lagu saat aku tampil diatas panggung. Sebelumnya aku sudah meminta seseorang untuk merekam pertunjukan ku. Alunan nada yang keluar kuperdengarkan kepada dika. sampai akhirnya dika menghmbuskan nafas teakhirnya dengan senyuman setelah matanya membuka kemudian menutup kembali untuk yang terakhir kalinya. terimakasih Dika untuk semuanya yang telah kau ajarkan, terimakasih sudah sabar mengajariku hal-hal baru dan tak berhenti membangkitkan semangatku.


Semoga kau tenang disana...

1 komentar:

  1. Yahh sad ending hikshiks

    Bagus ceritanya, bahasanya juga bisa dimengerti.
    Semangat lina buat nulis lagi!

    BalasHapus