Sebuah Melodi
Aku
berjalan disebuah lorong kecil yang agak gelap, aku akan menemui seseorang yang
mengajarkan aku tentang banyak hal. Saat aku tiba di sebuah pintu, dengan
perlahan ku ketuk pintu itu dan ku buka. Mataku melirik kesana kemari mencari
seseorang yang akan kutemui. Saat itu aku sedikit bingung karena aku tidak
melihatnya di ruangan itu. Untuk sejenak aku berfikir bahwa dia lupa akan janjinya
kemarin sore kepadaku. Tapi ,ku langkahkan kaki ku
untuk memasuki ruangan itu, berharap dia akan datang dan ingat janjinya. Tak
lama kemudian, aku mendengar suara seseorang memanggilku. Seketika aku menoleh
kebelakang dan melihat seseorang dengan tubuh yang tinggi dengan kulitnya yang putih sudah ada
di depan ku dengan senyum kecil di wajahnya. Aku melangkah kearahnya yang
sepertinya sudah memperhatikan ku sejak aku masuk
tadi. Kemudian dengan lembut dia berkata "Kau sangat lucu
saat sedang menunggu..." ,dengan sedikit tertawa dia menjelaskan bahwa
dia sejak tadi sudah berjalan mengikutiku dari awal aku memasuki lorong hingga
aku sampai diruangan ini. Betapa malunya aku mengetahui itu, mengingat aku
berbicara sendiri saat berjalan hingga sampai diruangan ini.
Dia pun langsung
memintaku untuk duduk disampingnya. Di depan sebuah piano berwarna putih. Jari
jemarinya perlahan menyentuh tuns piano yang membuat nada-nada yang indah. Aku
tidak pernah berhenti merasa kagum saat aku melihatnya memainkan pianonya. Itu
lah sebabnya mengapa aku memintanya mengajariku bermain piano. Dika sudah 12
tahun bermain piano, ya...namanya adalah Dika. Bukan
hanya sudah sangat lama belajar piano, tetapi setiap
nada yang keluar sangat menyentuh hati para pendengarnya. Karena dika
bermain piano dengan menggunakan perasaan dan hati, itu caranya menyampaikan
pesan kepada pendengarnya. Dika selalu membuatku
kagum,bukan hanya dengan keahliannya tetapi juga dengan sifatnya
yang ramah dan baik membuat dia disenangi banyak orang. Dika
mulai mengenalkan aku pada nada-nada dasar. Latihan pertamaku sungghuh meyenangkan, meski aku sangat awam dengan piano.
Tapi dika meyakinkan ku kalau aku bisa belajar piano dengan baik. Latihan demi
latihan ku lalui bersamanya, meski kadang aku berfikir lelah karena menurutku
itu sulit.
Tidak terasa sudah 6
bulan aku belajar piano. Dika bilang aku termasuk murid yang pandai karena
dapat belajar dengan cepat. Sampai akhirnya aku dibuatkan sebuah lagu sebagai
hadiah karena aku sudah lancar dalam bermain piano. Saat aku mendengarkannya perasaan
senang itu secara tak sadar membuat ku meneteskan air mata. Sampai-sampai dika
mengejekku karena aku menangis. Kejadian hari ini
sungguh membuat aku merasa senang. Besok dika berjanji akan mengajakku pergi ke
suatu tempat setelah pulang latihan.
Aku sangat tidak sabar
sampai-sampai aku terus mengirimkan pesan menanyakan soal latihan hari ini. Saat
aku bersiap untuk pergi ke tempat latihan,tiba-tiba telfonku berdering. Betapa
kagetnya saat aku mendapatkan kabar bahwa dika kecelakaan dan sekarang ada
dirumah sakit. Tanpa berfikir panjang akupun segera pergi kerumah sakit. Aku
melihat dika yang akan masuk keruang operasi. Satu
jam berlalu, akhirnya dokter keluar dari ruang operasi. Setelah
menunggu selama 3 jam dokter akhirnya mengizinkan aku untuk masuk
ke dalam melihat dika. Dika pun sadar, aku
sangat bersyukur karena dika sekarang sudah sadar dan aku berharap dika bisa
cepat pulih. Dua
hari kemudian aku pergi kerumah sakit, dan aku melihat dika yang biasanya
selalu ceria tapi kali ini seperti memendam sebuah masalah. Aku sudah mencoba
bertanya,tetap dia selalu bilang baik-baik saja. Beberapa hari kemudian dika dipebolehkan
pulang oleh dokter. Setelah hari itu, tempat latihannya adalah rumah dika. Dika
sangat bersemangat sekali, bahkan sampai membua sebuah daftar lagu yang harus
dia ajarkan kepadaku. Dika memberitahukan kepadaku bahwa dika telah
mendaftarkan aku untuk mengikuti sebuah perlombaan. aku senang dika sudah
kembali seperti dulu, dika yang selalu ceria. Beberapa hari ini latihan ku
sangatlah padat. hingga akhirnya dika mempunyaI ide untuk mebuat sebuah video kami
berdua sedang memainkan lagu ciptaanya. awalnya aku takut karena kemampuanku masih
jauh dibawah dia,tapi dika terus membuat aku termotifasi. Satu minggu sebelum
perlombaanku di adakan, tiba-tiba aku melihat dika yang sedang duduk di sebelah
pianonya merasa kesakitan. Aku membawa dika pergi
kerumah sakit. Dan betapa terkejutnya aku saat mengetahui bahwa operasi yang
dika lakukan saat kecelakaan dulu itu gagal, dan berdampak pada kesehatannya
sekarang ,Dika sendiri sudah mengetahinya tetapi tidak mau
memberitahukannya kepadaku. Dokter bilang kemungkinan dika akan sulit
untuk bisa bermain piano seperti dulu, karena dika terancam lumpuh. Aku sempat ingin mundur dari perlombaan karena aku ingin merawat dika.
Tetap dika tidak mengizinkan aku untuk mundur dari perlombaan itu, Dika terus
menerus mendukungku, memberikan semangat dan latihan meski dia sedang terbaring
di rumah sakit.
Melihat semangat Dika,
akupun mulai bangkit dan semnagatku mulai kembali lagi, aku berjaji tidak akan
mengecewakan dika dan akan memberikan yang terbaik untuk dika yang sudah
membuatku percaya diri dan membuat ku bisa semangat lagi.
Hari itupun
tiba, aku sudah sangat bersemangat dan aku berharap dapat memberikan yang
terbaik agar aku bisa memberika hadiah kepada Dika. Saat aku diatas panggung,
aku membayangkan dika ada didepan ku dan sedang
memperhatikan aku. Awalnya aku gugup, tapi perlahan senyuman dika terbayang dan
aku mulai memainkan piano. tak terasa musik yang aku mainkan hampir berakhir.
Aku menutup mata, terdengar suara ramai tepuk tangan dari penonton yang hadir.
Aku berhasil membuat para juri terkesan dengan permainan piano ku, Penonton yang
hadir pun begitu. Pertama kali aku mengikuti lomba ,pertama kali juga aku mendapatkan
juara pertama. Ini akan aku hadiahkan untuk dika. Begitu selesai aku segera
pergi kerumah sakit. saat sampai diruangan dika,aku bingung kenapa dia tidak
ada. Akhirnya akupun menanyakan kepada perawat,ternyata dika dipindahkan
keruang lain. sedikit-demisedikit langkahku mulai melambat,Saat aku tiba
diruangan tempat dika, air mataku menetes melihat dika yang sebelumnya sudah
baik-baik saja sekarang kondisinya memburuk dan membuat dika taksadarkan diri.
Aku masuk keruangan itu, ku hapus air mataku dan ku genggam tangan dika yang
mulai terasa dingin. Kuletakkan tropi di meja samping tempat tidurnya.
Lalu aku mengambil telepon ku, Kuputar lagu
saat aku tampil diatas panggung. Sebelumnya aku sudah meminta seseorang untuk
merekam pertunjukan ku. Alunan nada yang keluar kuperdengarkan
kepada dika. sampai akhirnya dika menghmbuskan nafas teakhirnya dengan senyuman
setelah matanya membuka kemudian menutup kembali untuk yang terakhir kalinya.
terimakasih Dika untuk semuanya yang telah kau ajarkan, terimakasih sudah sabar
mengajariku hal-hal baru dan tak berhenti membangkitkan semangatku.
Semoga
kau tenang disana...
Yahh sad ending hikshiks
BalasHapusBagus ceritanya, bahasanya juga bisa dimengerti.
Semangat lina buat nulis lagi!